Upacara 17-an Pertama –
Hello, it’s me. I was wondering if after all... eh.. ini bukan lagu Adele lho.
Setelah beberapa postingan, kali ini gue mau berbagi cerita dan pengalaman gue
di sekolah. Seperti yang gue bilang sebelumnya di postingan Guru Galau Bagian Satu, bahwa blog ini adalah tempat gue bisa mencurahkan isi hati dan pikiran
gue tentang profesi gue saat ini. Jadi, postingan-postingan gue selanjutnya
pasti tidak jauh-jauh dari seputar sekolah tempat gue mengajar, tentang murid-murid
gue yang super dahsyat, tentang beberapa isu di dunia pendidikan, dan tentang
kesan-kesan gue berkecimpung di dunia yang sampai saat ini masih sangat
antusias gue geluti, meski kadang masih sering gue galauin.
Upacara 17-an Pertama |
Saat ini gue bekerja di sebuah sekolah swasta
yang bisa dibilang cukup elit. Elit karena bayaran SPP-nya lumayan mahal untuk
kota kecil seperti kota tempat tinggal gue. Elit karena hampir semua muridnya
diantar dan dijemput dengan mobil. Elit karena anak-anaknya suka sok borjuis—yang
lebih milih beli sepatu harga jutaan daripada bayar denda pinjaman perpustakaan
selama dua bulan. Elit karena uang jajan mereka rata-rata ngalahin biaya
transport dan makan siang guru-gurunya. Oke, elit yang gue tuliskan adalah elit
menurut pendapat gue ya, dan gue yakin kalian memiliki pengertian elit versi
kalian sendiri.
Ini adalah tahun ketiga gue di sekolah ini,
dan selama tiga tahun ini, gue sering bertanya-tanya mengapa sekolah gue justru
tidak pernah aktif melakukan kegiatan di hari libur-libur nasional. Misalnya,
disaat semua sekolah mengadakan acara Isra Miraj, sekolah gue libur. Di saat
sekolah lain mengadakan acara Maulid Nabi, sekolah gue tetap libur. Dan waktu
itu anehnya, hampir saja di hari libur Nyepi, sekolah gue mewacanakan untuk
tetap masuk dengan alasan sekolah kami sedang dalam pekan ujian. Parah. Parah.
Tapi untungnya tidak jadi sih. Dan... hari ini adalah pertama kali dalam tiga
tahun terakhir sekolah kami melakukan upacara di hari perayaan kemerdekaan
Republik Indonesia.
See? Maksud gue,
mungkin karena sekolah tempat gue bekerja adalah sekolah swasta, yang punya
yayasan juga perseorangan, jadi segala peraturan agak ekstrem yang dibuat oleh
pihak manajemen, dianggap wajar selama disetujui oleh yayasan.
Gue baru saja selesai ikut upacara pengibaran
bendera ketika menulis postingan kali ini. Ada satu hal yang membuat gue
bahagia pada upacara hari ini. Seperti biasa, setelah upacara biasanya ada sesi
pengumuman. Kali ini pengumumannya tentang hasil perlombaan Ki Hajar yang
diikuti oleh siswa SMP dan SMA dua hari lalu. Salah satu peserta dari sekolah
gue masuk tiga besar dan harus membuat presentasi dengan memanfaatkan ICT
tentang tema yang ditentukan dalam waktu satu malam. Karena sebenarnya siswa
gue ini aktif tapi belum punya pengalaman cukup untuk membuat makalah, jadilah
gue dan rekan guru Bahasa Indonesia lainnya berusaha membimbingnya.
Malam kemarin gue tidur jam dua malam untuk
menyelesaikan pengecekkan makalah yang sudah dibuat oleh siswa gue. Dan pagi
harinya, dibantu dengan rekan gue, kami mem-fix-kan makalah itu. Memang
sih, siswa gue tidak dapat juara pertama sehingga bisa dikirim ke tingkat
Nasional, tapi pada pengumuman kali ini, ternyata waka kesiswaan juga
mengucapkan terima kasih untuk para pembimbing. Dan hal itu sangat membuat gue
bahagia.
Satu hal yang sering gue nilai kurang dari
tempat gue bekerja adalah apresiasi manajemen ke guru-guru atas apa yang mereka
lakukan untuk siswa dan sekolah. Selama ini, yang sering terjadi adalah, ketika
guru-guru telah membimbing siswa dalam mengikuti lomba, yang selalu mendapat
apresiasi adalah pihak manajemen itu sendiri. Kepala sekolah, wakilnya, dan
bagian kesiswaan. Kalaupun belum menang, ya sudah, sampai di situ saja. Padahal
mungkin bagi gurunya, ada perasaan beban saat siswa yang mereka bimbing belum
bisa mengharumkan nama sekolah.
Maksud gue, bukannya sebagai guru gue suka
dipuji-puji ya, tapi gue rasa apresiasi sekadar ucapan terima kasih itu bisa
membangkitkan motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya. Apalagi membimbing
siswa dalam perlombaan itu adalah tugas tambahan di luar tugas pokok. Dan gue
rasa, semua guru pasti dengan senang hati kok membimbing siswanya yang
mengikuti lomba. Cuma memang ucapan terima kasih itu sangat enak didengar dan
menentramkan hati. Guru juga manusia, gue cuma mau mengingatkan. Ha ha ha.
Yang pasti, saat ini perasaan dan mood gue sedang bagus. Gue berharap dan berdoa, semoga kelak, setiap ada pengumuman siswa kami berprestasi, ada sedikit apresiasi dari manajemen kepada guru-guru yang bersangkutan. Ucapan terima kasih. Dan tempat gue bekerja, akan jadi lebih baik lagi di masa yang akan datang dengan membangun hubungan yang baik antarpekerjanya.
Gue harap upacara 17-an pertama gue di sekolah ini akan menjadi titik perbaikan tempat gue pekerja. Seperti juga Indonesia. MERDEKA!!
Hayo, mau komen apa coba?
Link aktif akan langsung ditandai sebagai spam, sebagai alternatif bisa pilih comment as menggunakan Nama/URL ya :)
EmoticonEmoticon