Dec 31, 2017

Ibu, Pejuang Sejati yang Selalu Menginspirasi

Ibu, Pejuang Sejati yang Selalu Menginspirasi - Pernah tidak merasa kalau ibu kalian itu cerewet sampai-sampai kalian pusing mendengarnya mengomel? Soalnya dulu saya sering merasa seperti itu. Rasanya seperti saya sedang berada di tengah-tengah pasar yang pengunjungnya saling berdesakkan untuk berebut pakaian dengan label diskon. Betul. Saya memang bukan orang yang suka pergi ke pasar, apalagi yang banyak orang rebutan baju diskonan karena ada clearance sale di akhir tahun seperti saat ini. Hehehe. Sumpek. Begitulah yang saya rasa tiap kali ibu mulai mengomel. Benar-benar mengganggu telinga.

Ibu, Pejuang Sejati yang Selalu Menginspirasi - aidabasita
Ibu, Pejuang Sejati yang Selalu Menginspirasi - aidabasita
Gambar: Canva

Ibu suka mengomel tentang apapun. Misalnya, kalau saya tanpa sengaja meletakkan lap tangan di atas kursi meja makan, atau kalau saya meninggalkan sepatu di luar rumah sepulang kerja, atau saat saya--karena terburu-buru--mengepel lantai tapi lupa mengelap meja, dan masih banyak hal lain yang selalu ibu keluhkan tentang saya.

Karena Ibu dan Saya ...

Kami lebih sering berdebat daripada saling mendengarkan. Biasanya dilatarbelakangi oleh bagaimana kami memandangan sebuah masalah dengan cara yang jauh berbeda. Mungkin, ada kalanya kami duduk berdua, ibu bercerita tentang banyak hal. Kami berdua tertawa, mungkin terlihat sangat akrab. Sampai akhirnya kami akhiri dialog itu dengan perdebatan bagaimana harus menyikapi sesuatu. Jika hal itu terjadi, maka saya atau ibu—salah satu dari kami—akan angkat kaki untuk menjauhi perdebatan lebih banyak.

Ah lalu ada saat di mana saya menyadari bahwa saat itu saya memang lebih banyak mendengarkan perasaan saya, atau... ego. Keduanya tak jauh berbeda. Atau barangkali kala itu saya hanya belum bisa menempatkan diri dalam posisi ibu, pejuang sejati di dalam keluarga.

Ibu memilih tetap bekerja walau Bapak tidak pernah memintanya. Tapi ibu masih mampu bangun saat langit masih gelap di pagi hari, menyiapkan makanan untuk keluarga, dan tak mengizikan seorang pun pergi sebelum kami sarapan. Bapak, yang akhirnya terbiasa makan tepat waktu sepanjang hayat pernikahannya dengan ibu bahkan akan mulai panas dingin jika terlambat makan.

Kadang, ada malam di mana saya belum tidur karena tugas kuliah dan ibu terbangun. Ia duduk lama di ruang tengah. Menatap sekeliling untuk beberapa waktu, lalu mulai membereskan ini dan itu. Jika sudah begitu, ibu hanya akan melanjutkan tidur saat saya megajaknya.

Berkaca dari bagaimana ibu tetap berhasil mengurus rumah, memelihara anak, dan melayani suami dengan baik sambil mengabdi untuk negara sebagai seorang guru di sekolah dasar, ada perasaan malu dalam diri saya. Saat ini saya bekerja di luar rumah, padahal saya belum bisa mengurus rumah dengan baik. Masih ada masa di mana saya tidak membuatkan makan siang untuk suami saya. Masih ada masa di mana saya lupa mencuci baju, meskipun sudah merendamnya sepulang kerja. Bahkan masih ada masa di mana saya tidak sempat cuci piring sebelum berangkat bekerja.

Hati kecil saya mengatakan bahwa saya ingin menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Disibukkan dengan mengurus rumah, melayani suami, dan kelak mendidik anak-anak saya dengan tangan saya sendiri tanpa lalai. Tapi di lain sisi saya juga tidak ingin menyerah pada cita-cita saya. Saya pikir, selama saya mendapatkan izin suami saya untuk bekerja dan menjaga diri selama di luar rumah, maka sah-sah saja untuk tetap bekerja. Atau jika memang tidak memungkinkan untuk bekerja di luar rumah, maka saya ingin masih bisa terus berkarya dari rumah.

Karena Ibu, Saya ...

Karena ibu yang selalu cerewet selama saya masih tinggal bersamanya itulah saya menyadari bahwa sepanjang hayat saya, ibu memberikan pendidikan sekalgus contoh. Perihal sepele tidak boleh meninggalkan sepatu sepulang kerja di luar rumah atau meninggalkan kain lap sembarangan, dan teliti membersihkan rumah mengajarkan bahwa menjadi wanita itu harus kuat, harus tangguh, dan tidak mudah mengeluh. Bahwa menjadi wanita yang memiliki suami itu, harus bisa menjadi serba bisa. Bahwa menjadi seorang wanita yang memiliki anak itu harus cekatan, ulet, dan harus bisa mengalahkan rasa malas!

Karena ibu, saya menyadari, wanita seperti ibu saya, pun seperti saya, yang selalu ingin mendedikasikan diri sebagai istri yang saliha tapi juga ingin berhasil dengan cita-citanya, harus pantang menyerah. Karena ibu, saya pun ingin anak-anak perempuan saya kelak menjadi seorang yang tidak mudah putus asa dan terus berkarya. Karena ibu, kelak saya juga ingin dianggap sebagai pejuang dalam keluarga.

Karena Ibu, Pejuang Sejati yang Selalu Menginspirasi - aidabasita
Karena Ibu, Pejuang Sejati yang Selalu Menginspirasi

Beberapa tahun terakhir, sejak saya memiliki seorang suami, saya lebih bisa membuka diri saat ibu mulai mengomel. Saya tidak lagi merasa kesal atau terganggu. Saya berusaha untuk memosisikan diri saya pada posisi ibu dan berusaha mendengarkan apa yang sebenarnya ingin disampaikannya. Karena ibu, dibalik setiap kata-katanya, terselip doa yang mampu membuka setiap pintu kebaikan langit dan para malaikat tak sungkan mengamininya. | kei

Baca Juga : Ibu, yang Tak Pernah Berhenti Mendoakan
__
Artikel ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blog Saliha.Id 
Kompetisi Blog saliha.id
Kompetisi Blog saliha.id

1 comments so far

Ibu memang sosok yang tidak ada duanya di dunia ini, meskipun sering ngomel, tapi hatinya tidak pernah benar-benar membenci kita, dia hanya ingin kita menjadi yang terbaik.
Semoga menang lomba blognya mbak.

Hayo, mau komen apa coba?

Link aktif akan langsung ditandai sebagai spam, sebagai alternatif bisa pilih comment as menggunakan Nama/URL ya :)
EmoticonEmoticon